Senin, 03 November 2014

Mengembangkan Kemampuan Menembus Ruang dan Waktu


Terinspirasi dari refleksi mata kuliah FIlsafat Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, MA. Pada tanggal  7 Oktober 2014
Ilmu itu muncul lewat pertanyaan. Jika kita tidak bertanya bagaimana anda bisa mengerti, karena pertanyaaan itu untuk mengenal pikiran orang lain. Dimensi ruang dan waktu itu berstruktur, bawah material, atasnya formal, dan atas lagi normative,dan yang paling atas adalah spiritual. Itu adalah salah satu contoh dari bermilyar-milyar dimensi ruang dan waktu tapi dimensi ini yang bisa digunakan dan dimanfaatkan untuk berkomunikasi serta mempunyai nilai strategis. Kemampuan menembus ruang dan waktu tiadalah yang ada atau yang mungkin itu ada tidak menembus ruang dan waktu selama kita masih berada di dunia. Yang ada atau mungkin ada itu terbebas dari ruang dan waktu hanya ketika dia diandaikan di dalam pikiran atau dia betul-betul sudah berada di akhirat meninggalkan dunia. Maka tiadalah seorangpun didunia ini menyebut aku adalah aku. Karena aku sudah menembus ruang dan waktu, belum selesai aku mengatakan aku, aku sudah berganti dari aku yang tadi menjadi yang sekarang, belum selesai aku berkata aku yang sekarang aku sudah berganti dari aku yang sekarang berubah menjadi aku yang nanti. Karena aku yang nanti beda dengan aku yang tadi, aku yang tadi belum menghirup dalam-dalam udara, aku yang sekarang sudah menghembuskan banyak-banyak udara. Aku yang sekarang masih agak kenyang aku yang nanti sudah lapar. Karena aku sudah menembus ruang dan waktu tidak ada yang dapat menunjuk aku dengan tepat karena aku sudah menembus ruang dan waktu, Oleh karena itu nama yang tepat untuk seseorang adalah namanya yang relatif pada ruang dan waktu.
Komponennya ada adalah pengada, dan mengada. Contoh mahasiswa kalau tidak presensi meskipun hadir maka mahasiswa itu dianggap tidak ada atau jika mahasiswa tidak bertanya meskipun dia mengikuti kuliah maka mahasiswa itu dianggap tidak ada karena tidak mengada. Orang yang tidak ada itu bisa dianggap pembunuhan karena menghilangkan dirinya dalam kehidupan. Jadi yang ada dan mungkin ada itu, sadar atau tidak sadar, ingin atau tidak ingin menembus ruang dan waktu. Seperti cat yang mengelupas pada dinding tanpa disadari cat itu menembus ruang dan waktu sama seperti kita yang menembus ruang dan waktu tanpa kita sadari.
Mendokumentasi itu menerjemahkan dunia satu ke dunia lain. Dunia fotopun menembus ruang dan waktu, seperti dunia dulu dengan sekarang. Engkau menggunakan dunia pikiranmu menerjemahkan dunia pikiranku. Hidup itu menembus ruang dan waktu, agar sukses maka harus sukses juga menembus ruang dan waktu agar sukses maka harus sopan pada ruang dan waktu. Waktunya subuh saatnya orang beribadah, malam untuk tidur. Sementara contoh yang tidak sopan pada ruang dan waktu adalah yang tidak bisa menempatkan atau mengerti waktu dan keharusan pada waktu itu. Misalnya malam dibuat siang, siang dibuat malam contohnya ketika subuhan dangdutan, malam malah berkeliaran, magriban membunyikan mercon. Orang yang tidak sopan santun pada ruang dan waktu disebut sawan atau kesambet menurut orang jawa tradisinya orang seperti itu obatnya cuma satu yaitu diruwat. Tradisi ruwatan dalam Jawa itu menggelar pertunjukan wayang dengan akhir cerita dimana betara kala melawan betara krisna. Betara kala itu mempunyai senjata kala itu waktu yang buruk kalau krisna itu mempunyai senjata cakra adalah waktu yang baik. Yang pada intinya pertunjukkan wayang untuk mengajarkan jika waktu yang baik untuk mengalahkan waktu yang buruk. Supaya orang itu tertib pada waktu dan ruang.  Orang seperti itu biasanya sudah diusahakan atau dinasehati (bentuk normatif), tidak mempan lalu baru diberi peringatan (formal) dan tidak membawa efek apapun baru setelah itu diruwat (spiritual).
Normatif diusahakan berikutnya formal diberi peringatan. Salah satu untuk mengerti adalah mengerti bahasa spiritualnya apa, bahasa normatifnya apa. Misalnya dunia di desa akan berbeda dengan dunia di kota dan secara otomatis jika kita hidup di desa maka kita harus bisa mengerti bahasa dan menerjemahkan. Di desa itu materialnya apa, tata caranya seperti apa, normatif etik dan estetikanya bagaimana kebiasaannya, misalnya kalau setiap malam di desa itu ada kenduri.
Ontologi itu Ilmu hakekat, aksiologi adalah ilmu tentang etik dan estetika, epistemologi adalah ilmu sumber-sumber metodologi dan kebenaran ilmu sehingga epistemologi itu adalah filsafat ilmu tapi epistimologi itu tidak bisa lepas dari ontology dan aksiologi. Kalau tidak dibatasi akan berbahaya. Filsafat barat itu adalah kebijaksanaan kalau kebijaksanaan adalah orang yang berilmu. Sementara filsafat timur adalah mencari kesempurnaan hidup. Jika ingin menuju kesempurnaan hidup adalah mendekatkan diri pada Maha Sempurna Tuhan Semesta Alam jadi filsafat timur itu adalah lebih kespiritualnya. Secara ontologism pertanyaan untuk ilmu akan seperti ini, “Apa sih sebenarnya seseorang/ sesuatu itu?”.  Lain lagi untuk pertanyaan epistemologis yaitu, “Bagaimana sih seseorang itu bersikap? Pertanyaan secara aksiologis, “Apa sih kesukaannya?, Apa kebiasaan-kebiasaan?”. Mencari cita-cita secara ontologism artinya secara kodrati secara hayati mencapai secara apa adanya. Sementara mencari cita-cita secara epistemologis dengan menggunakan trik dan cara. Aksiologis meliputi baik dan buruknya segala sesuatu. Hakekat seseorang dari ontologi itu tidak bisa dipisahkan dengan metologi dirinya. Komponen dari ontologi itu adalah ada, mengada dan pengada itu juga adalah komponen dirinya.
Kualitas itu tidak cuma pertama dan kedua, kualitas adalah sifat dan meliputi yang ada dan mungkin ada. Kualitas adalah karakter. Yang menjadi masalah itu karakter itu milik siapa. Karakter yang dimiliki karakter yang lain itu adalah objek. Karakter siempunya karakter subyek. Adhy itu dari temanggung. Akan sampai kapanpun tidak akan temanggung itu miliknya adhi, material itu berdimensi, yang dimensi itu memiliki sifat. Material itu struktur kalau kita bandingkan dengan struktur yang lain. Semua yang ada sacral termasuk kentutmu itu sacral karena meliputi yang ada dan mungkin ada. Bedanya psikologi dengan filsafat, filsafat itu masih luas, kalau psikologi itu sudah dipersempit masuk kelorong, psikologi harus ada rasional bentuk control dan terapinya. Manusia itu mempunyai ego, prinsip belajar matematika itu motivasi, mandiri, bekerja sama,  belajar kontekstual. Ego itu untuk mengembangkan rasa percaya diri. Tapi jika ego itu bertumpu meningkat akan menjadi super ego dan merugikan orang lain. Ego ini berpotensi menjadi determin (menentukan sifat pada yang lain). Bahayanya subyek adalah dia menggunakan kekuasaan yang berlebihan pada obyek. Setiap kau mampu merasa kuasa terhadap sesuatu maka itu adalah tanda-tanda obyek itu. predikat itu meliputi yang ada dan mungkin ada. Sifatmu seperti kepala, badan itu adalah semua predikatnya. Kaum determinis adalah orang yang suka menjatuhkan sifat ke yang lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar