Jumat, 07 November 2014

Hakekat Prinsip Dunia, Intuisi dan Transenden


Terinspirasi dari refleksi mata kuliah FIlsafat Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, MA. pada tanggal 14 Oktober 2014
Prinsip dunia ada dua yakni identitas dan kontradiksi. Kalau identitas yang ada di tataran rasio yang kontra diksi yang ada di tataran pengalaman. Apa yang kita kerjakan itulah yang sesuai dengan aksiomanya. Didalam agama islam, al-Quran dan hadist sudah menjadi aksioma atau dalil yang hanya menerapkan saja. Dirimu yang nanti adalah transeden dari dirimu yang sekarang dirimu yang sekarang adalah transeden dari dirimu yang nanti dengan kata lain transenden itu yang belum terjadi. Transenden itu bisa dipikirkan dari prinsipnya. Ketika kita kacau dalam berpikir maka tinggalkan dulu sesuatu yang dipikirkan itu lepaskan sementara. Transenden bisa divisualisasikan, contohnya seperti pertunjukkan wayang kulit yang salah satu diantaranya termuat dari visualisasi dari transeden. Prinsip dan akisioma dianggap transenden. Prinsip dan aksioma adanya di atas transenden atau adanya didalam gagasan dan pikiran (ide). Ontologi mempermasalahkan hakekatnya, epistemilogi mempermasalahkan prosesnya, mempermasalahkan di area etik dan estetika aksiologi.
Filsafat itu olah pikir, olah pikir maka apriori ini adalah cara berpikir, analitik sintetik itu juga cara berpikir, aposteori juga cara berpikir. Semua itu adalah tentang cara berpikir. Dengan kata lain, mempelajari filsafat adalah mempelajari bagaimana manusia berpikir. Pikiran yang kembar antara satu orang dengan orang yang lain itu yang menggambarkan jika dunia itu isomorfik. Orang satu dengan orang lain itu bisa isomorfis sehingga pikiran kita dengan pikiran orang lain bisa sama. Muncullah istilah arsitektur atau membangun yang di dalamnya termuat konsep isomorfis dan ini adalah teori Imanuel Kant. Setiap yang ada tampak akan terlihat cenderung sangat komplek. Karena yang terlihat nampak itu hanya sebatas inderamu. Semua yang terlihat darimu itu memiliki konsep yang ada dan mungkin ada. Menjatuhkan sifat pada sesuatu yang lain itu adalah teori aristoteles yakni menjatuhkan sifat yang setiap hari kita lakukan. Persoalan dalam filsafat adalah bagaimana mampu menjelaskan pikiran kita kepada orang lain. Berfilsafat itu sebenarnya menjelaskan, yang terpenting itu penjelasannya sendiri itulah analitik.
Yang di dalam pikiran bersifat analitik, sifat dari obyek-obyek dalam pikiran dia itu bersifat identitas, terbebas dari ruang dan waktu. Sintetik itu sifatnya dari benda-benda. Tidak adil membuat manusia mengerti hidupnya. Manusia itu makhluk sempurna tapi tidak adil jadi dia hidup tidak sempurna di dalam kesempurnaan. Sintetik itu hubungan antara benda-benda atau kejadian konkret. Atau hubungan antara pengalaman, maka tidak ada pengalaman satu sama dengan pengalaman yang lain atau sintetik itu hubungan antara predikat dan subyek dimana predikat termuat dalam subyek. Jadi sintetik itu bersifat kontradiksi. Realisme dan idealisme itu berpadu dalam hidup kalau salah satu dihilangkan maka kita tidak bisa hidup. Kalau realisme itu adalah prakteknya, konkret, pengalaman, sedangkan idealisme adalah cita-citanya. Imanuel Kant mengatakan jika idealisme saja tanpa realisme itu akan terancam kosong, jika realisme saja tanpa idealisme itu akan terancam buta. Di dalam diri kita harus ada komunikasi antara idealisme dan realisme. Intuisi itu berasal dari fakta disamping fakta intuisi juga merupakan kodrat dan sunnatullah. Kejadian dari intuisi sebagian bisa direncanakan dan tidak direncanakan dan intuisi pun meliputi yang ada dan mungkin ada. Intuisi yang paling pokok adalah intuisi ruang dan waktu maka intuisi yang paling ideal berarti intuisi yang waktu ideal dan ruang ideal. Waktu ideal itu urusan dunia dan akhirat yaitu kuasa Tuhan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar