Terinspirasi dari
refleksi mata kuliah FIlsafat Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit,
MA. Pada tanggal 30 September 2014
Hakekat
kebenaran menurut filsafat ada beberapa macam. Contohnya seperti fatalism
kebenaran menurut takdir. Vitalisme kebenaran berdasarkan ikhtiar atau usaha
yang dimana pada vitalisme ini terdapat dua unsur yang tesis dan antitesis
harus disintesisnya, seperti malam siang, lapar kenyang, perempuan laki-laki,
dan dalam filsafat kita mempelajari apa yang ada di antara malam dan siang,
lapar dan kenyang, perempuan dan laki-laki. Ikhitiar (vital)dan takdir(fatal).
Takdir itu setelah fital setelah usahanya. . Kebenaran tersembunyi itu seperti
jiwa, pikiran, yang disebut dengan metafisik. Kebenaran dalam mimpi itu adalah
kebenaran fiksi. Perbedaannya jika kebenaran itu ada dikenyataan berarti bisa
direncanakan ruang dan waktunya sementara dimimpi tidak bisa direncanakan.
Mimpi itu sistematik, karena bekerja di alam bawah sadar.
Kebenaran
karena hubungan itu adalah konektivism, korespondensi kebenaran karena
kecocokan pengalaman. Lawannya konektivism adalah koherensi adalah kebenaran
logika. Matematika itu termasuk ke dalam kebenaran koherensi. Misalnya paman akan
membuat kolam yang terbuat dari emas dengan panjang dan lebar sekian, hal itu
bisa saja terjadi dalam matematika karena pada dasarnya yang dicari itu
permasalahan dalam matematikanya sementara untuk logikanya ada kolam emas itu bukan
masalah karena mungkin ada.
Sementara
untuk benar diwaktu lampau filsafat alam disebut naturalisme, naturalisme termasuk
dalam filsafat alam yang pertama setelah itu filsafat metafisik, filsafat
manusia, dan filsafat bidang. Untuk filsafat yang dipelajari sekarang umumnya
memakainya filsafat bidang. Kebenaran yang diwakilkan adalah representatifme
contohe pemilihan lewat DPR. Fondasionalisme adalah filsafat yang awalnya the
foundation. Fundamentalisme itu seperti yang memperjuangkan hak fundamen
seperti kaum separatis. Filsafat itu fondasiolisme
Segala yang
tersembunyi itu berfilsafat. Holysisme adalah kebenaran yang suci. Kebenaran
yang sempurna disebut perfectsiosisme. Orang yang mengikuti aliran perfectsiosme
akan mengalami kekecawaan sebab menuntut segala sesuatunya supaya sempurna
padahal yang namanya manusia itu pasti tidak bisa sempurna. Solusinya adalah
keseimbangan antara fatal (takdir) dan fital (ikhtiar).
Subjektivisme
adalah benar karena untukku atau diriku sendiri. Penganut paham subjektivisme tidak
pernah memperhatikan saran orang lain. Subjektif dengan objektif itu memiliki hubungan yakni
subjektivisme itu adalah hal yang masih dipikirkan sementara objektif itu
pemikiranmu yang telah engkau tuliskan dan bisa dibaca oleh orang lain. Jika
pengetahuanku sudah sama dengan pengetahuan orang lain itu namanya objektif. Seseorang
biasa lebih subjektif dengan pemikirannya maka untuk menjadi objektif pemikirannya
itu harus dipublikasikan. Publikasi bisa
melalui bermacam-macam, seperti menjawab soal, menulis, semua itu dalam rangka
keluar dari pengetahuan yang objektif. Namun pengetahuan objektif yang kita
dapat jika sudah mengendap masuk lagi kepikiranmu itu namanya subjektiftivisme
lagi. Karena itu menjadi pengetahuan yang kamu miliki perlu diobjektifkan
dengan cara dishare dan dilakukan penilaian dari hasil ungkapan
itu namanya dikritisi.
Manusia
dilahirkan sudah dengan keterbatasan, tapi dengan keterbatasan itu supaya bisa
bersyukur. Orang lain akan mengerti dan memahami karena keterbatasan kita.
Contohnya ketika kita berbicara sebenarnya ketika pikiran memikirkan banyak hal
tapi ketika kita berbicara mengeluarkannya secara lisan, kata-kata yang kita
keluarkan itu menjadi runtut dan tertata tidak secara langsung. Hal itu yang
membuat orang lain bisa mengerti apa yang diinginkan kita. Bayangkan saja jika
ketika kita berbicara tanpa keterbatasan lalu kita bisa bicara semua yang ada
di dalam pikiran kita. Hal itu tentu akan membuat orang lain merasa bingung. Untuk
itu, sudah sepatutnya kita mensyukuri keterbatasan kita karena hidupmu itu
adalah keterbatasanmu.
Kebenaran
yang ditentukan disebut determine. Yang ditentukan adalah subjek menentukan
predikat atau subjek menentukan objek dalam arti yang seluas-luasnya. Sifat
adalah predikat misalnya ketika kamu memakai baju merah, itu berarti kamu telah
determine kepada bajumu. Tapi ketika menjadi berlebihan itu namanya determinis.
Determinis dan reduksi itu berhubungan reduksi itu kebenaran memilih, memilih
dulu baru menentukan. Determine itu berhubungan dengan kekuasaan. Ketika guru
mengatakan siswa malas, guru sudah memberikan label atau menentukan sifat
kepada yang lain, menghilangkan sifat lain yang dia rajin dan baik dengan satu
sifat malas (reduksi) dan label yang diberikan kepada siswa tersebut adalah
determine. Accident satu sifat jatuh dengan sifat yang lain.
Kebenaran dengan cita-cita disebut idealism, karena ideal itu yang ada
dipikiranmu. Filsafat itu ada dua yang engkau pikirkan dan yang ada dipikiranmu sekarang menjadi
masalah untuk menjelaskannya kepada orang lain. Menjelaskan tidak cukup dengan
kata-kata, bisa dengan perbuatan, tulisan. Koheren itu konsisten tidak ada
kontra diksi. Kontradiksinya matematika itu kalau matematika tidak konsisten. Jika
filsafat itu kalau aku sama dengan aku, karena aku sekarang sudah berbeda
dengan aku yang tadi dan aku yang nanti. Yang bisa tetap sama hanya saja Tuhan
Hubungan
antar dimensi dan dimensi lain itu yang disebut dengan dunia, dunia yang satu
mendefenisikan dunia yang lain. Kaum reduksionalisme atau kaum penyerderhana hidupnya
akan timpang karena mereka lebih suka menyederhanakan segala hal. Padahal tidak
semua bisa diukur secara sekejap mata karena ada beberapa kualitas di dalamnya.
Kualitas 1 kesan yang pertama terlihat oleh mata. Kualitas ketiga sudah
memikirkan hal yang terlihat. Kualitas kedua adalah pikiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar