Terinspirasi dari
refleksi mata kuliah FIlsafat Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit,
MA. Pada tanggal 7 Oktober 2014
Ilmu itu muncul
lewat pertanyaan. Jika kita tidak bertanya bagaimana anda bisa mengerti, karena
pertanyaaan itu untuk mengenal pikiran orang lain. Dimensi ruang dan waktu itu
berstruktur, bawah material, atasnya formal, dan atas lagi normative,dan yang
paling atas adalah spiritual. Itu adalah salah satu contoh dari
bermilyar-milyar dimensi ruang dan waktu tapi dimensi ini yang bisa digunakan dan
dimanfaatkan untuk berkomunikasi serta mempunyai nilai strategis. Kemampuan
menembus ruang dan waktu tiadalah yang ada atau yang mungkin itu ada tidak
menembus ruang dan waktu selama kita masih berada di dunia. Yang ada atau
mungkin ada itu terbebas dari ruang dan waktu hanya ketika dia diandaikan di
dalam pikiran atau dia betul-betul sudah berada di akhirat meninggalkan dunia.
Maka tiadalah seorangpun didunia ini menyebut aku adalah aku. Karena aku sudah
menembus ruang dan waktu, belum selesai aku mengatakan aku, aku sudah berganti
dari aku yang tadi menjadi yang sekarang, belum selesai aku berkata aku yang
sekarang aku sudah berganti dari aku yang sekarang berubah menjadi aku yang
nanti. Karena aku yang nanti beda dengan aku yang tadi, aku yang tadi belum
menghirup dalam-dalam udara, aku yang sekarang sudah menghembuskan
banyak-banyak udara. Aku yang sekarang masih agak kenyang aku yang nanti sudah
lapar. Karena aku sudah menembus ruang dan waktu tidak ada yang dapat menunjuk
aku dengan tepat karena aku sudah menembus ruang dan waktu, Oleh karena itu
nama yang tepat untuk seseorang adalah namanya yang relatif pada ruang dan
waktu.
Komponennya
ada adalah pengada, dan mengada. Contoh mahasiswa kalau tidak presensi meskipun
hadir maka mahasiswa itu dianggap tidak ada atau jika mahasiswa tidak bertanya
meskipun dia mengikuti kuliah maka mahasiswa itu dianggap tidak ada karena
tidak mengada. Orang yang tidak ada itu bisa dianggap pembunuhan karena menghilangkan
dirinya dalam kehidupan. Jadi yang ada dan mungkin ada itu, sadar atau tidak
sadar, ingin atau tidak ingin menembus ruang dan waktu. Seperti cat yang
mengelupas pada dinding tanpa disadari cat itu menembus ruang dan waktu sama
seperti kita yang menembus ruang dan waktu tanpa kita sadari.
Mendokumentasi
itu menerjemahkan dunia satu ke dunia lain. Dunia fotopun menembus ruang dan
waktu, seperti dunia dulu dengan sekarang. Engkau menggunakan dunia pikiranmu
menerjemahkan dunia pikiranku. Hidup itu menembus ruang dan waktu, agar sukses
maka harus sukses juga menembus ruang dan waktu agar sukses maka harus sopan
pada ruang dan waktu. Waktunya subuh saatnya orang beribadah, malam untuk
tidur. Sementara contoh yang tidak sopan pada ruang dan waktu adalah yang tidak
bisa menempatkan atau mengerti waktu dan keharusan pada waktu itu. Misalnya malam
dibuat siang, siang dibuat malam contohnya ketika subuhan dangdutan, malam
malah berkeliaran, magriban membunyikan mercon. Orang yang tidak sopan santun
pada ruang dan waktu disebut sawan atau kesambet menurut orang jawa tradisinya
orang seperti itu obatnya cuma satu yaitu diruwat. Tradisi ruwatan dalam Jawa
itu menggelar pertunjukan wayang dengan akhir cerita dimana betara kala melawan
betara krisna. Betara kala itu mempunyai senjata kala itu waktu yang buruk
kalau krisna itu mempunyai senjata cakra adalah waktu yang baik. Yang pada
intinya pertunjukkan wayang untuk mengajarkan jika waktu yang baik untuk
mengalahkan waktu yang buruk. Supaya orang itu tertib pada waktu dan ruang. Orang seperti itu biasanya sudah diusahakan
atau dinasehati (bentuk normatif), tidak mempan lalu baru diberi peringatan
(formal) dan tidak membawa efek apapun baru setelah itu diruwat (spiritual).
Normatif
diusahakan berikutnya formal diberi peringatan. Salah satu untuk mengerti
adalah mengerti bahasa spiritualnya apa, bahasa normatifnya apa. Misalnya dunia
di desa akan berbeda dengan dunia di kota dan secara otomatis jika kita hidup
di desa maka kita harus bisa mengerti bahasa dan menerjemahkan. Di desa itu
materialnya apa, tata caranya seperti apa, normatif etik dan estetikanya
bagaimana kebiasaannya, misalnya kalau setiap malam di desa itu ada kenduri.
Ontologi itu
Ilmu hakekat, aksiologi adalah ilmu tentang etik dan estetika, epistemologi adalah
ilmu sumber-sumber metodologi dan kebenaran ilmu sehingga epistemologi itu
adalah filsafat ilmu tapi epistimologi itu tidak bisa lepas dari ontology dan
aksiologi. Kalau tidak dibatasi akan berbahaya. Filsafat barat itu adalah
kebijaksanaan kalau kebijaksanaan adalah orang yang berilmu. Sementara filsafat
timur adalah mencari kesempurnaan hidup. Jika ingin menuju kesempurnaan hidup
adalah mendekatkan diri pada Maha Sempurna Tuhan Semesta Alam jadi filsafat
timur itu adalah lebih kespiritualnya. Secara ontologism pertanyaan untuk ilmu
akan seperti ini, “Apa sih sebenarnya seseorang/ sesuatu itu?”. Lain lagi untuk pertanyaan epistemologis
yaitu, “Bagaimana sih seseorang itu bersikap? Pertanyaan secara aksiologis, “Apa
sih kesukaannya?, Apa kebiasaan-kebiasaan?”. Mencari cita-cita secara
ontologism artinya secara kodrati secara hayati mencapai secara apa adanya.
Sementara mencari cita-cita secara epistemologis dengan menggunakan trik dan
cara. Aksiologis meliputi baik dan buruknya segala sesuatu. Hakekat seseorang
dari ontologi itu tidak bisa dipisahkan dengan metologi dirinya. Komponen dari
ontologi itu adalah ada, mengada dan pengada itu juga adalah komponen dirinya.
Kualitas itu
tidak cuma pertama dan kedua, kualitas adalah sifat dan meliputi yang ada dan
mungkin ada. Kualitas adalah karakter. Yang menjadi masalah itu karakter itu
milik siapa. Karakter yang dimiliki karakter yang lain itu adalah objek.
Karakter siempunya karakter subyek. Adhy itu dari temanggung. Akan sampai
kapanpun tidak akan temanggung itu miliknya adhi, material itu berdimensi, yang
dimensi itu memiliki sifat. Material itu struktur kalau kita bandingkan dengan
struktur yang lain. Semua yang ada sacral termasuk kentutmu itu sacral karena
meliputi yang ada dan mungkin ada. Bedanya psikologi dengan filsafat, filsafat
itu masih luas, kalau psikologi itu sudah dipersempit masuk kelorong, psikologi
harus ada rasional bentuk control dan terapinya. Manusia itu mempunyai ego,
prinsip belajar matematika itu motivasi, mandiri, bekerja sama, belajar kontekstual. Ego itu untuk
mengembangkan rasa percaya diri. Tapi jika ego itu bertumpu meningkat akan
menjadi super ego dan merugikan orang lain. Ego ini berpotensi menjadi determin
(menentukan sifat pada yang lain). Bahayanya subyek adalah dia menggunakan
kekuasaan yang berlebihan pada obyek. Setiap kau mampu merasa kuasa terhadap
sesuatu maka itu adalah tanda-tanda obyek itu. predikat itu meliputi yang ada
dan mungkin ada. Sifatmu seperti kepala, badan itu adalah semua predikatnya.
Kaum determinis adalah orang yang suka menjatuhkan sifat ke yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar