Minggu, 09 Februari 2014

Kumpulan inovasi untuk pembelajaran anak



Ini Contoh inovasi yang diterapkan oleh beberapa teman kuliah saya yg berguna saat pembelajaran! Beda lho dari yang lain.
KOMIK SUKI
Apakah itu komik “Suki” ? Komik Suki merupakan kependekan dari “ Semua Untuk Karakter Siswa”. Salah satu inovasi yang dihasilkan oleh salah satu kelompok inovasi pendidikan mahasiswa PGSD UNY 2009. Komik Suki merupakan media pembelajaran yang di kembangkan untuk lebih memahamkan siswa mengenai karakter tertentu. Dalam komik yang pertama adalah mengenalkan mengenai karakter kedisiplinan.
Komik Suki menceritakan seorang anak yang tidak disiplin dan yang kurang disiplin. Setiap hari dia terlambat. Dia juga jarang mandi. Kemudian ada suatu kejadian yang mengakibatkan dia kapok untuk tidak disiplin. Apa gerangan kejadian tersebut. Silahkan di baca komiknya.
Strategi pembelajaran menggunakan media komik “ SUKI” ( Semua Untuk Karakter Siswa) . Komik ini diberikan untuk anak kelas tinggi pada pembelajaran tentang karakter. Dapat diberikan terintegrasi dengan mata pelajaran tertentu pada kurikulum 2013, Bahasa Indonesia atau mata pelajaran PKn. Ciri khas pada komik ini adalah berkolaborasi dengan metode cooperative leaerning serta “SUKI” sebagai seorang tokoh atau mascot dalam komik. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media komik adalah sebagai berikut:
1.   Apersepsi mengenai kondisi saat ini, masa depan dan keseharian warga kelas.
2.   Guru membagikan komik kepada siwa.
3.   Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
4.   Siswa berdiskusi mengenai tokoh, sifat dan pesan yang terkandung dalam komik yang dibacanya.
5.   Guru memberikan penekanan mengenai berbagai cerita, unsur yang ada di dalamnya.
Saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca yang budiman sangat kami tunggu.
By _ PGSD UNY 7A, B, C, D & E. (Herman, Ganesa, Niko, Faseha, Sukma, Ardyan, Nurul Latifah, Minaharin, Wiwid & Adivian)
Mix Learning
Adalah sebuah strategi yang kami ciptakan dengan menggabungkan Active Learning, Quantum Learning, dan Cooperative Learning. Berikut langkah-langkah pelaksanaan Mix Learning:
1.   Membentuk kelompok-kelompok yang heterogen dengan cara membagi tiga macam kertas yang memiliki warna yang berbeda-beda, missal warna merah, kuning, dan hijau. Tiap kelompok dipimpin oleh seorang siswa yang ditunjuk oleh guru. Pemimpin kelompok memiliki tugas membagikan sub-sub materi yang harus dihafalkan oleh kelompok tersebut kepada masing-masing anggotanya.
2.   Materi yang akan dihafal oleh siswa nanti disampaikan dahulu oleh guru, namun materi yang disampaikan adalah materi yang masih bersifat umum.
3.   Semua kelompok diberi kesempatan untuk menghafalkan materi yang diberikan oleh guru dalam waktu yang ditentukan.
4.   Setelah waktu atau kesempatan menghafal selesai, diadakan kuis yang bersistem pengumpulan poin. Tiap kelompok maju ke depan siswa lainnya untuk menyampaikan materi yang telah dihafalkannya tadi. Criteria yang dinilai antara lain adalah kelengkapan materi, keruntutan materi, kelancaran berbicara, penguasaan materi, kreatifitas dalam menyampaikan materi, dan keberanian siswa. Namun, dalam kesempatan kali ini, tiap kelompok cukup menyampaikan apa yang telah mereka hafalkan saja.
5.   Sebagai tugas rumah, tiap kelompok harus mencari referensi atau media apapun yang bisa digunakan untuk memudahkan siswa lainnya memahami materi yang mereka sampaikan dengan hafalan.
6.   Untuk pertemuan berikutnya, tiap kelompok menyampaikan kembali hafalan materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya dengan menggunakan media atau alat-alat yang telah dipersiapkan di rumah.
7.   Setelah semua kelompok menyampaikan materinya, guru menilai semua aspek yang akan dinilai. Kemudian guru mengumumkan pemenang dan memberikan reward untuk kelompok yang mendapat nilai terbaik.
8.   Namun, guru juga harus memberikan reward kepada semua kelompok meskipun berupa pujian agar semua siswa merasa berhasil atas usaha keras mereka.
9.   Guru menyampaikan kesimpulan materi.
HAMAS (Hand Made Strategy) merupakan alternatif strategi pembelajaran yang mana anak akan dirangsang untuk terus berkreativitas dan mengaktifkan otak kanan melalui pemanfaatan barang-barang bekas. HAMAS juga memperhatikan Multiple Intelligence anak. Hal ini dilatarbelakangi dari anak memiliki kecerdasan ganda yang berbeda-beda. Selain itu, HAMAS juga menanamkan nilai karakter seperti peduli lingkungan, peduli sosial, kreatif, dan tanggung jawab.
MENGAPA HARUS HAMAS?
Banyak permasalahan anak yang terkadang kita lupakan, diantaranya:
1. Anak cenderung memilih mainan/ hal yang instan, konsumtif, yang sebenarnya bisa dibuat sendiri. Hal ini menunjukkan budaya konsumtif yang tidak baik untuk perkembangan anak. Selain itu, anak juga menjadi tidak kreatif.
2. Mainan modern mendorong anak untuk menjadi pribadi yang individualistis seperti saat main game-game individu tanpa melibatkan teman yang lain.
3. Mainan anak pada zaman modern ini memiliki kandungan bahan kimia yang tidak baik bagi kesehatan anak, antara lain mengandung timbal (Pb), merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan kromim (Cr). Selain kandungan zat-zat kimia ini, tampilan fisik mainan edukasi juga tidak aman untuk anak-anak. Cat yang mudah terkelupas, bau dan warna yang sangat mencolok, serta kurangnya informasi yang jelas dalam kemasan mainan edukasi.
APA KELEBIHAN HAMAS?
1.Bisa diterapkan di semua mata pelajaran.
2.Untuk menciptakan siswa lebih kreatif, mandiri, membuat mainan sendiri, tidak hanya menggunakan barang-barang instan.
3.Membuat kreasi produk untuk barang sehari-hari.
4.Meminimalisir budaya instan.
5.Meningkatkan kerjasama antarsiswa (kebersamaan).
6.Meningkatkan rasa sosial anak.
7.Membangkitkan rasa cinta pada lingkungan dan budaya lokal.
8.Menanamkan jiwa wirausaha anak sejak kecil.
9.Memunculkan serta mengembangkan potensi siswa.
10.Meningkatkan aspek psikomotor, kognitif dan afektif pada anak.
BAGAIMANA LANGKAH-LANGKAHNYA?
1.Eksplorasi: Menguji pengetahuan awal siswa terkait materi
2.Elaborasi :
a.Pembagian kelompok : Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai
hobi/minat atau hal-hal yang terkait materi yang disampaikan (sesuai kreativitas
guru dengan memperhatikan Multiple Intelligences anak).
b.Pembelajaran dibuat secara bertema oleh guru. Siswa mempelajari subtema
yang sesuai dengan produk yang akan dirancang.
c.Kerja kelompok dan diskusi :
- Pada hari sebelumnya siswa telah diminta oleh guru untuk membawa peralatan
dari rumah (barang bekas, alat tulis, gunting, lem, dll)
- Siswa membuat kreasi barang sesuai dengan subtema mereka dalam satu
kelompok pada batasan waktu yang sama. Siswa diberi kebebasan untuk
bekerja membuat produk tersebut (di luar kelas, mendengarkan anya, dll).
Produk harus diselesaikan di sekolah (tidak boleh dibawa pulang).
- Siswa mempresentasikan hasil produk di depan kelas.
- Guru bertugas memfasilitasi siswa untuk membimbing tiap kelompok ketika
presentasi dan penguatan ketika presentasi.
3.Konfirmasi :
- Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi dan kegiatan yang telah
dilakukan. selain itu guru juga memberikan motivasi terkait nilai karakter dan
kreativitas.
- Kesimpulan pembelajaran
- Evaluasi
SaLaDa (Sarapan Lagu Daerah)
Salada merupakan bentuk dari strategi pembelajaran yang berperan untuk menumbuhkan semangat belajar bagi siswa melalui lagu daerah yang dinyanyikan secara bersama-sama dengan iringan musik. Lagu-lagu daerah yang dinyanyikan tersebut merupakan lagu daerah pilihan.Lagu daerah yang dinyanyikan berisi nilai-nilai pendidikan karakter. Sehingga salada berfungsi sebagai pembentuk karakter anak SD.
Sasaran : siswa kelas tinggi (IV, V dan VI)
Waktu pelaksanaan : pagi hari sebelum mulai pembelajaran dengan durasi waktu maksimal 15 menit
Media yang diperlukan: laptop, speaker, LCD, iringan musik dan teks lagu daerah
Tahap pelaksanaan :
a. Guru mempersiapkan media Salada yang dibutuhkan sebelum siswa masuk dalam kelas.
b. Guru memilih lagu daerah yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan dipelajari.
c. Setelah siswa masuk dalam kelas dan berdo’a, guru mulai mengajak siswa untuk mulai menyanyikan lagu daerah yang telah dipersiapkan guru sebelumnya.
d. Guru menampilkan teks lagu melalui LCD (atau dengan lembaran teks lagu yang dibagikan ke siswa)
e. Guru mulai memutar musik dan memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian meminta para siswa untuk bernyanyi.
f. Guru dan siswa dapat menyanyikan lagu tersebut dengan variasi gerakan, contoh sederhana adalah dengan tepuk tangan.
g. Guru kemudian menyampaikan makna dari lagu yang telah dinyanyikan
h. Guru dan siswa melakukan tanya jawab berkaitan dengan isi lagu daerah. Tanya jawab ini yang kemudian menuntun siswa masuk dalam materi pelajaran yang akan dipelajari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar