Jumat, 07 November 2014

Hakekat Perbedaan, Ego, Determinis, Dunia Kontemporer dan Stigma


Terinspirasi dari refleksi mata kuliah FIlsafat Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, MA. pada 4 November 2014

Hakekat perbedaan  itu bisa dilihat dari obyek filsafat yang meliputi segala yang ada mungkin ada dan sifatnya juga meliputi yang ada dan mungkin ada. Banyak sifat yang kita pelajari sifat yang tetap sifat yang berubah, obyeknya itu di dalam pikiran atau diluar pikiran, bersifat ideal atau realis. Perbedaan itu sadar atau tidak sadar itu akan tetap ada. Di dalam diri sendiri juga terdapat perbedaan yang kita sulit menyadarinya. Salah satu cara untuk membedakan suatu perbedaan itu adalah dengan kesadaran kita sendiri. Kemampuan untuk membedakan adalah ontologi dari pengetahuan, atau awal mula dari pengetahuan itu adalah perbedaan. Kita tidak akan mungkin bisa mengerti laki-laki dan wanita jika kita tidak bisa membedakan laki-laki dan wanita tersebut. Perbedaan itu terjadi dikarenakan di dalam pikiran kita sudah ada potensi untuk membedakan yang disebut kategori-kategori. Potensi-potensi yang membedakan itu jika dikembangkan dapat menjadi intuitisi.
Ego adalah bagian dari dunia seseorang, dan diri kita sendiri juga memiliki ego. Sebenarnya untuk dapat mengerti ego orang lain sama saja kita belajar untuk menilai dunia. Kembangkanlah pikiran seluas-luasnya jika kita hendak berpikiran dengan dunia, komunikasi dengan dunia. Kunci utamanya untuk mengerti ego orang lain adalah dengan komunikasi, tentunya dengan komunikasi yang plural akan membawa dunia yang plural, dunia yang plural itu akan membawa dunia yang multi tafsir yang akan menambah pengetahuan kita sehinggga kita bisa belajar untuk mengerti ego orang lain.
Kita saat ini sebenarnya berada di dalam suatu kehidupan yang kontemporer, dan ciri dari kehidupan kontemporer itu adalah karakterisasi dari urusan dunia yang semakin terjabarkan, teroperasionalisasikan, terperinci. Sehingga antara satu konsep dengan konsep yang lain akan menimbulkan jarak yang dinamakan kontradiksi. Untuk itu solusi yang diperlukan agar kita tidak selama menghadapi kehidupan kontemporer ini adalah keterampilan, inovasi pembaharuan metode yang kritikal. Selain itu, sikap yang dinamis dan fleksibel untuk menghadapi kapatalisme, hedonisme dari dunia kontemporer. Kita menghadapi dunia dengan metode yang sesuai kita tetap berperan tapi tetap pakai hati nurani dan jaga spiritual kita.
Bahasa analog memang sering dipakai dalam filsafat karena bahasa analog itu merupakan alat yang dapat digunakan untuk menembus ruang dan waktu secara bijak dan dinamis. Bahasa pun punya tingkatan, yang menyebabkan dirinya dapat diterima dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena bahasa itu dijadikan sebagai syarat utama untuk bisa berkomunikasi dan diterima di suatu kelompok tertentu. Selain itu, bahasa dapat mencerminkan pribadi seseorang dan sejauh mana pengetahuan atau ilmu yang telah dia pelajari.
Intuisi dalam filsafat utamanya terdiri dari intuisi ruang dan waktu. Intuisi pun yang ekstensif dan intensif itu  meliputi yang ada dan mungkin ada. Intuisi itu diperoleh dari interaksi pergaulan atau masyarakat. Secara filsafat intuisi itu tidak ada permulaannya. Aliran intuisi ini disebut intuism lawannya fondalism. Hidup ini separuh intuism dan fondalism. Keduanya berjalan bersamaan karena hidup itu tidak bisa semuanya berdasarkan intuisi atau sebaliknya hidup juga tidak bisa semuanya berdasarkan fondasi, karena jika tidak ada keseimbangan antara intuisi dan fondasi maka kita bisa terjebak dalam ruang dan waktu.
Stigma dalam filsafat memang perlu diketahui dan dipelajari. Memahami stigma itu kuncinya adalah komunikasi dengan menggunakan metode heurimatika. Selain itu, juga diperlukan penguasaan terhadap bahasa yang perlu ditingkatkan untuk dapat mengerti stigma. Stigma adalah sesuatu yang ditimpakan kepada sesuatu yang lain. Bahasa itu ada bahasa yang sehat dan sakit tapi diantara itu ada area kreativitas.
Determinis itu kodrat atau sunatullah yang memang kita kodratnya dibawakan determinis. Ketika kita keluar dari rahim ibu menjadi seorang bayi yang lahir, maka sebenarnya kita telah bersikap determinis yakni determin terhadapdunia di luar perut walaupun kita tidak menyadarinya. Determine itu artinya menimpakan atau jatuhnyasuatu sifat pada sifat yang lain, atau Aristoteles menyebutnya sebagai accident, accident yang diintensifkan menuju kedeterminisme, sadar atau tidak sadar kita masing-masing tidak bisa lepas. Karena determinisme itu adalah subyek yang memiliki predikat maka tiadalah obyek itu tidak menjadi subyek., karena semua obyek itu adalah subyek dari sifatnya. Masalahnya apakah ada sifat tidak mempunyai sifat, sedangkan Tuhan sendiri memiliki sifat maka orang belajar melalui sifat-sifat Tuhan itu. Maka tidak adalah sifat yang mempunyai sifat maka tidak ada obyek yang menjadi subyek maka tidak adalah orang yang terbebas dari bersikap determine. Yang berbahayanyalah jika dia determine tidak sesuai ruang dan waktunya. Maka sebenar-benarnya tergoda untuk menggunakan determinenya tidak sesuai ruang dan waktu. Dikatakan bijaksana jika determinenya sesuai ruang dan waktu. Kita tidak bisa lepas dari determine maka determine yang baik diperlukan tapi sesuai dengan ruang dan waktu.

Idealisme dan Realisme Guru yang Berkualitas


Terinspirasi dari refleksi mata kuliah FIlsafat Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, MA. Pada tanggal 21 Oktober 2014
Idealisme dan realisme itu berdimensi. Ideal itu berdimensi sifatnya berekstensi dan intensi. Ekstensi dan intensi dari ideal adalah yang ada dan mungkin ada. Membangun dunia itu dapat dilakukan dengan cara mengintensifkan idealisme dan realisme. Idealisme yang dipaksakan dapat membuat sebuah fasis seperti Hitler lakukan. Jika kita tidak bisa menyeimbangkan antara idealisme dan realisme maka kita bisa terjebak pada ruang dan waktu. Sebagian dari kita sebenarnya telah terjebak dalam ruang dan waktu, tetapi sadar dan tidak sadar tapi kita itu juga sekaligus menembus ruang dan waktu. Terjebak dari ruang dan waktu itu ciri-ciri utamanya adalah terjebak pada ruang dan waktu yang salah.  
Guru yang berkualitas itu dapat dipercaya, maka guru yang berkualitas jika dia bisa menunjukkan eksistensi keberadaanya. Komponen guru yang berkualitas adalah guru yang mengada dan pengada. Guru mengada itu adanya proses untuk mencari atau mengembangkan ilmu atau professional development. Guru pengada itu guru mampu memproduksi seperti karya ilmiah dan jurnal atau mengadakan produk dari hasil kinerjanya. Untuk itu diperlukan metode atau strategi untuk mengukur guru kualitas yaitu guru mengada dan guru pengada. Mengetahui atau mengukur ilmu yang kita ketahui sama saja kita ingin mengetahui sifat sesuatu dengan mengukurnya dengan sifat lain. Dengan kata lain untuk mengukur sesuatu ilmu yang ingin kita ketahui kita harus mengetahui pedomannya. Dalam filsafat sumber ilmu berasal dari pikiran-pikiran para filsuf. Tiadalah orang yang sebenar-benarnya berfilsafat kalau dia tidak berdasarkan pikiran para filsuf karena semua sudah dipikirkan oleh para filsuf.
Kontradiksi yang sampai ke benda-benda konkret itu dinamakan anomali. Di dalam kontradiksi jika kita bisa menemukannya terdapat solusi, salah solusinya adalah tidak ada di suatu ruang maka dia sebetulnya mengadakan diruang yang lain. Kontradiksi dalam filsafat jawa “ngono ya ngono ning ojo ngono” intinya begitu ya boleh tapi jangan begitu. Misalnya diam ya diam tapi jangan sombong. Itu solusi dan kontra diksinya orang jawa. Kontra diksi bisa terjadi di dalam kehidupan manusia dengan istilah mayat hidup. Dari segi spiritualis manusia yang dikatakan seperti mayat hidup itu adalah orang yang tidak berdoa di sepanjang hidupnya karena dari segi spiritualis hidup adalah untuk berdoa. Hidup ini terjaga sifat-sifatnya ruang dan waktunya. Dari segi  filsafat  orang yang seperti mayat hidup adalah orang yang tidak memikirkan perbuatannya. Memikirkan perbuatannya bisa didefinisikan menurut pemikiran para filsuf. Setiap yang mungkin ada atau yang ada itu sebenarnya tidak perlu didefinisikan karena sebenarnya definisi itu juga telah dibatasi. Definisi itu sebenarnya membatasi tapi batasan tulah yang membuat manusia dapat menemukan jati dirinya. Tanpa batasan yang jelas kita tidak akan mengetahui makna dari suatu benda atau sesuatu. 

Hakekat Prinsip Dunia, Intuisi dan Transenden


Terinspirasi dari refleksi mata kuliah FIlsafat Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, MA. pada tanggal 14 Oktober 2014
Prinsip dunia ada dua yakni identitas dan kontradiksi. Kalau identitas yang ada di tataran rasio yang kontra diksi yang ada di tataran pengalaman. Apa yang kita kerjakan itulah yang sesuai dengan aksiomanya. Didalam agama islam, al-Quran dan hadist sudah menjadi aksioma atau dalil yang hanya menerapkan saja. Dirimu yang nanti adalah transeden dari dirimu yang sekarang dirimu yang sekarang adalah transeden dari dirimu yang nanti dengan kata lain transenden itu yang belum terjadi. Transenden itu bisa dipikirkan dari prinsipnya. Ketika kita kacau dalam berpikir maka tinggalkan dulu sesuatu yang dipikirkan itu lepaskan sementara. Transenden bisa divisualisasikan, contohnya seperti pertunjukkan wayang kulit yang salah satu diantaranya termuat dari visualisasi dari transeden. Prinsip dan akisioma dianggap transenden. Prinsip dan aksioma adanya di atas transenden atau adanya didalam gagasan dan pikiran (ide). Ontologi mempermasalahkan hakekatnya, epistemilogi mempermasalahkan prosesnya, mempermasalahkan di area etik dan estetika aksiologi.
Filsafat itu olah pikir, olah pikir maka apriori ini adalah cara berpikir, analitik sintetik itu juga cara berpikir, aposteori juga cara berpikir. Semua itu adalah tentang cara berpikir. Dengan kata lain, mempelajari filsafat adalah mempelajari bagaimana manusia berpikir. Pikiran yang kembar antara satu orang dengan orang yang lain itu yang menggambarkan jika dunia itu isomorfik. Orang satu dengan orang lain itu bisa isomorfis sehingga pikiran kita dengan pikiran orang lain bisa sama. Muncullah istilah arsitektur atau membangun yang di dalamnya termuat konsep isomorfis dan ini adalah teori Imanuel Kant. Setiap yang ada tampak akan terlihat cenderung sangat komplek. Karena yang terlihat nampak itu hanya sebatas inderamu. Semua yang terlihat darimu itu memiliki konsep yang ada dan mungkin ada. Menjatuhkan sifat pada sesuatu yang lain itu adalah teori aristoteles yakni menjatuhkan sifat yang setiap hari kita lakukan. Persoalan dalam filsafat adalah bagaimana mampu menjelaskan pikiran kita kepada orang lain. Berfilsafat itu sebenarnya menjelaskan, yang terpenting itu penjelasannya sendiri itulah analitik.
Yang di dalam pikiran bersifat analitik, sifat dari obyek-obyek dalam pikiran dia itu bersifat identitas, terbebas dari ruang dan waktu. Sintetik itu sifatnya dari benda-benda. Tidak adil membuat manusia mengerti hidupnya. Manusia itu makhluk sempurna tapi tidak adil jadi dia hidup tidak sempurna di dalam kesempurnaan. Sintetik itu hubungan antara benda-benda atau kejadian konkret. Atau hubungan antara pengalaman, maka tidak ada pengalaman satu sama dengan pengalaman yang lain atau sintetik itu hubungan antara predikat dan subyek dimana predikat termuat dalam subyek. Jadi sintetik itu bersifat kontradiksi. Realisme dan idealisme itu berpadu dalam hidup kalau salah satu dihilangkan maka kita tidak bisa hidup. Kalau realisme itu adalah prakteknya, konkret, pengalaman, sedangkan idealisme adalah cita-citanya. Imanuel Kant mengatakan jika idealisme saja tanpa realisme itu akan terancam kosong, jika realisme saja tanpa idealisme itu akan terancam buta. Di dalam diri kita harus ada komunikasi antara idealisme dan realisme. Intuisi itu berasal dari fakta disamping fakta intuisi juga merupakan kodrat dan sunnatullah. Kejadian dari intuisi sebagian bisa direncanakan dan tidak direncanakan dan intuisi pun meliputi yang ada dan mungkin ada. Intuisi yang paling pokok adalah intuisi ruang dan waktu maka intuisi yang paling ideal berarti intuisi yang waktu ideal dan ruang ideal. Waktu ideal itu urusan dunia dan akhirat yaitu kuasa Tuhan.  

Senin, 03 November 2014

Mengembangkan Kemampuan Menembus Ruang dan Waktu


Terinspirasi dari refleksi mata kuliah FIlsafat Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, MA. Pada tanggal  7 Oktober 2014
Ilmu itu muncul lewat pertanyaan. Jika kita tidak bertanya bagaimana anda bisa mengerti, karena pertanyaaan itu untuk mengenal pikiran orang lain. Dimensi ruang dan waktu itu berstruktur, bawah material, atasnya formal, dan atas lagi normative,dan yang paling atas adalah spiritual. Itu adalah salah satu contoh dari bermilyar-milyar dimensi ruang dan waktu tapi dimensi ini yang bisa digunakan dan dimanfaatkan untuk berkomunikasi serta mempunyai nilai strategis. Kemampuan menembus ruang dan waktu tiadalah yang ada atau yang mungkin itu ada tidak menembus ruang dan waktu selama kita masih berada di dunia. Yang ada atau mungkin ada itu terbebas dari ruang dan waktu hanya ketika dia diandaikan di dalam pikiran atau dia betul-betul sudah berada di akhirat meninggalkan dunia. Maka tiadalah seorangpun didunia ini menyebut aku adalah aku. Karena aku sudah menembus ruang dan waktu, belum selesai aku mengatakan aku, aku sudah berganti dari aku yang tadi menjadi yang sekarang, belum selesai aku berkata aku yang sekarang aku sudah berganti dari aku yang sekarang berubah menjadi aku yang nanti. Karena aku yang nanti beda dengan aku yang tadi, aku yang tadi belum menghirup dalam-dalam udara, aku yang sekarang sudah menghembuskan banyak-banyak udara. Aku yang sekarang masih agak kenyang aku yang nanti sudah lapar. Karena aku sudah menembus ruang dan waktu tidak ada yang dapat menunjuk aku dengan tepat karena aku sudah menembus ruang dan waktu, Oleh karena itu nama yang tepat untuk seseorang adalah namanya yang relatif pada ruang dan waktu.
Komponennya ada adalah pengada, dan mengada. Contoh mahasiswa kalau tidak presensi meskipun hadir maka mahasiswa itu dianggap tidak ada atau jika mahasiswa tidak bertanya meskipun dia mengikuti kuliah maka mahasiswa itu dianggap tidak ada karena tidak mengada. Orang yang tidak ada itu bisa dianggap pembunuhan karena menghilangkan dirinya dalam kehidupan. Jadi yang ada dan mungkin ada itu, sadar atau tidak sadar, ingin atau tidak ingin menembus ruang dan waktu. Seperti cat yang mengelupas pada dinding tanpa disadari cat itu menembus ruang dan waktu sama seperti kita yang menembus ruang dan waktu tanpa kita sadari.
Mendokumentasi itu menerjemahkan dunia satu ke dunia lain. Dunia fotopun menembus ruang dan waktu, seperti dunia dulu dengan sekarang. Engkau menggunakan dunia pikiranmu menerjemahkan dunia pikiranku. Hidup itu menembus ruang dan waktu, agar sukses maka harus sukses juga menembus ruang dan waktu agar sukses maka harus sopan pada ruang dan waktu. Waktunya subuh saatnya orang beribadah, malam untuk tidur. Sementara contoh yang tidak sopan pada ruang dan waktu adalah yang tidak bisa menempatkan atau mengerti waktu dan keharusan pada waktu itu. Misalnya malam dibuat siang, siang dibuat malam contohnya ketika subuhan dangdutan, malam malah berkeliaran, magriban membunyikan mercon. Orang yang tidak sopan santun pada ruang dan waktu disebut sawan atau kesambet menurut orang jawa tradisinya orang seperti itu obatnya cuma satu yaitu diruwat. Tradisi ruwatan dalam Jawa itu menggelar pertunjukan wayang dengan akhir cerita dimana betara kala melawan betara krisna. Betara kala itu mempunyai senjata kala itu waktu yang buruk kalau krisna itu mempunyai senjata cakra adalah waktu yang baik. Yang pada intinya pertunjukkan wayang untuk mengajarkan jika waktu yang baik untuk mengalahkan waktu yang buruk. Supaya orang itu tertib pada waktu dan ruang.  Orang seperti itu biasanya sudah diusahakan atau dinasehati (bentuk normatif), tidak mempan lalu baru diberi peringatan (formal) dan tidak membawa efek apapun baru setelah itu diruwat (spiritual).
Normatif diusahakan berikutnya formal diberi peringatan. Salah satu untuk mengerti adalah mengerti bahasa spiritualnya apa, bahasa normatifnya apa. Misalnya dunia di desa akan berbeda dengan dunia di kota dan secara otomatis jika kita hidup di desa maka kita harus bisa mengerti bahasa dan menerjemahkan. Di desa itu materialnya apa, tata caranya seperti apa, normatif etik dan estetikanya bagaimana kebiasaannya, misalnya kalau setiap malam di desa itu ada kenduri.
Ontologi itu Ilmu hakekat, aksiologi adalah ilmu tentang etik dan estetika, epistemologi adalah ilmu sumber-sumber metodologi dan kebenaran ilmu sehingga epistemologi itu adalah filsafat ilmu tapi epistimologi itu tidak bisa lepas dari ontology dan aksiologi. Kalau tidak dibatasi akan berbahaya. Filsafat barat itu adalah kebijaksanaan kalau kebijaksanaan adalah orang yang berilmu. Sementara filsafat timur adalah mencari kesempurnaan hidup. Jika ingin menuju kesempurnaan hidup adalah mendekatkan diri pada Maha Sempurna Tuhan Semesta Alam jadi filsafat timur itu adalah lebih kespiritualnya. Secara ontologism pertanyaan untuk ilmu akan seperti ini, “Apa sih sebenarnya seseorang/ sesuatu itu?”.  Lain lagi untuk pertanyaan epistemologis yaitu, “Bagaimana sih seseorang itu bersikap? Pertanyaan secara aksiologis, “Apa sih kesukaannya?, Apa kebiasaan-kebiasaan?”. Mencari cita-cita secara ontologism artinya secara kodrati secara hayati mencapai secara apa adanya. Sementara mencari cita-cita secara epistemologis dengan menggunakan trik dan cara. Aksiologis meliputi baik dan buruknya segala sesuatu. Hakekat seseorang dari ontologi itu tidak bisa dipisahkan dengan metologi dirinya. Komponen dari ontologi itu adalah ada, mengada dan pengada itu juga adalah komponen dirinya.
Kualitas itu tidak cuma pertama dan kedua, kualitas adalah sifat dan meliputi yang ada dan mungkin ada. Kualitas adalah karakter. Yang menjadi masalah itu karakter itu milik siapa. Karakter yang dimiliki karakter yang lain itu adalah objek. Karakter siempunya karakter subyek. Adhy itu dari temanggung. Akan sampai kapanpun tidak akan temanggung itu miliknya adhi, material itu berdimensi, yang dimensi itu memiliki sifat. Material itu struktur kalau kita bandingkan dengan struktur yang lain. Semua yang ada sacral termasuk kentutmu itu sacral karena meliputi yang ada dan mungkin ada. Bedanya psikologi dengan filsafat, filsafat itu masih luas, kalau psikologi itu sudah dipersempit masuk kelorong, psikologi harus ada rasional bentuk control dan terapinya. Manusia itu mempunyai ego, prinsip belajar matematika itu motivasi, mandiri, bekerja sama,  belajar kontekstual. Ego itu untuk mengembangkan rasa percaya diri. Tapi jika ego itu bertumpu meningkat akan menjadi super ego dan merugikan orang lain. Ego ini berpotensi menjadi determin (menentukan sifat pada yang lain). Bahayanya subyek adalah dia menggunakan kekuasaan yang berlebihan pada obyek. Setiap kau mampu merasa kuasa terhadap sesuatu maka itu adalah tanda-tanda obyek itu. predikat itu meliputi yang ada dan mungkin ada. Sifatmu seperti kepala, badan itu adalah semua predikatnya. Kaum determinis adalah orang yang suka menjatuhkan sifat ke yang lain. 

JENIS-JENIS KEBENARAN DALAM FILSAFAT


Terinspirasi dari refleksi mata kuliah FIlsafat Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, MA. Pada tanggal  30 September 2014
Hakekat kebenaran menurut filsafat ada beberapa macam. Contohnya seperti fatalism kebenaran menurut takdir. Vitalisme kebenaran berdasarkan ikhtiar atau usaha yang dimana pada vitalisme ini terdapat dua unsur yang tesis dan antitesis harus disintesisnya, seperti malam siang, lapar kenyang, perempuan laki-laki, dan dalam filsafat kita mempelajari apa yang ada di antara malam dan siang, lapar dan kenyang, perempuan dan laki-laki. Ikhitiar (vital)dan takdir(fatal). Takdir itu setelah fital setelah usahanya. . Kebenaran tersembunyi itu seperti jiwa, pikiran, yang disebut dengan metafisik. Kebenaran dalam mimpi itu adalah kebenaran fiksi. Perbedaannya jika kebenaran itu ada dikenyataan berarti bisa direncanakan ruang dan waktunya sementara dimimpi tidak bisa direncanakan. Mimpi itu sistematik, karena bekerja di alam bawah sadar.
Kebenaran karena hubungan itu adalah konektivism, korespondensi kebenaran karena kecocokan pengalaman. Lawannya konektivism adalah koherensi adalah kebenaran logika. Matematika itu termasuk ke dalam  kebenaran koherensi. Misalnya paman akan membuat kolam yang terbuat dari emas dengan panjang dan lebar sekian, hal itu bisa saja terjadi dalam matematika karena pada dasarnya yang dicari itu permasalahan dalam matematikanya sementara untuk logikanya ada kolam emas itu bukan masalah karena mungkin ada.
Sementara untuk benar diwaktu lampau filsafat alam disebut naturalisme, naturalisme termasuk dalam filsafat alam yang pertama setelah itu filsafat metafisik, filsafat manusia, dan filsafat bidang. Untuk filsafat yang dipelajari sekarang umumnya memakainya filsafat bidang. Kebenaran yang diwakilkan adalah representatifme contohe pemilihan lewat DPR. Fondasionalisme adalah filsafat yang awalnya the foundation. Fundamentalisme itu seperti yang memperjuangkan hak fundamen seperti kaum separatis. Filsafat itu fondasiolisme
Segala yang tersembunyi itu berfilsafat. Holysisme adalah kebenaran yang suci. Kebenaran yang sempurna disebut perfectsiosisme. Orang yang mengikuti aliran perfectsiosme akan mengalami kekecawaan sebab menuntut segala sesuatunya supaya sempurna padahal yang namanya manusia itu pasti tidak bisa sempurna. Solusinya adalah keseimbangan antara fatal (takdir) dan fital (ikhtiar).
Subjektivisme adalah benar karena untukku atau diriku sendiri. Penganut paham subjektivisme tidak pernah memperhatikan saran orang lain. Subjektif  dengan objektif itu memiliki hubungan yakni subjektivisme itu adalah hal yang masih dipikirkan sementara objektif itu pemikiranmu yang telah engkau tuliskan dan bisa dibaca oleh orang lain. Jika pengetahuanku sudah sama dengan pengetahuan orang lain itu namanya objektif. Seseorang biasa lebih subjektif dengan pemikirannya maka untuk menjadi objektif pemikirannya itu harus dipublikasikan.  Publikasi bisa melalui bermacam-macam, seperti menjawab soal, menulis, semua itu dalam rangka keluar dari pengetahuan yang objektif. Namun pengetahuan objektif yang kita dapat jika sudah mengendap masuk lagi kepikiranmu itu namanya subjektiftivisme lagi. Karena itu menjadi pengetahuan yang kamu miliki perlu diobjektifkan dengan cara dishare  dan dilakukan penilaian dari hasil ungkapan itu namanya dikritisi.
Manusia dilahirkan sudah dengan keterbatasan, tapi dengan keterbatasan itu supaya bisa bersyukur. Orang lain akan mengerti dan memahami karena keterbatasan kita. Contohnya ketika kita berbicara sebenarnya ketika pikiran memikirkan banyak hal tapi ketika kita berbicara mengeluarkannya secara lisan, kata-kata yang kita keluarkan itu menjadi runtut dan tertata tidak secara langsung. Hal itu yang membuat orang lain bisa mengerti apa yang diinginkan kita. Bayangkan saja jika ketika kita berbicara tanpa keterbatasan lalu kita bisa bicara semua yang ada di dalam pikiran kita. Hal itu tentu akan membuat orang lain merasa bingung. Untuk itu, sudah sepatutnya kita mensyukuri keterbatasan kita karena hidupmu itu adalah keterbatasanmu.
Kebenaran yang ditentukan disebut determine. Yang ditentukan adalah subjek menentukan predikat atau subjek menentukan objek dalam arti yang seluas-luasnya. Sifat adalah predikat misalnya ketika kamu memakai baju merah, itu berarti kamu telah determine kepada bajumu. Tapi ketika menjadi berlebihan itu namanya determinis. Determinis dan reduksi itu berhubungan reduksi itu kebenaran memilih, memilih dulu baru menentukan. Determine itu berhubungan dengan kekuasaan. Ketika guru mengatakan siswa malas, guru sudah memberikan label atau menentukan sifat kepada yang lain, menghilangkan sifat lain yang dia rajin dan baik dengan satu sifat malas (reduksi) dan label yang diberikan kepada siswa tersebut adalah determine. Accident satu sifat jatuh dengan sifat yang lain.
 Kebenaran dengan cita-cita disebut  idealism, karena ideal itu yang ada dipikiranmu. Filsafat itu ada dua yang engkau pikirkan  dan yang ada dipikiranmu sekarang menjadi masalah untuk menjelaskannya kepada orang lain. Menjelaskan tidak cukup dengan kata-kata, bisa dengan perbuatan, tulisan. Koheren itu konsisten tidak ada kontra diksi. Kontradiksinya matematika itu kalau matematika tidak konsisten. Jika filsafat itu kalau aku sama dengan aku, karena aku sekarang sudah berbeda dengan aku yang tadi dan aku yang nanti. Yang bisa tetap sama hanya saja Tuhan
Hubungan antar dimensi dan dimensi lain itu yang disebut dengan dunia, dunia yang satu mendefenisikan dunia yang lain. Kaum reduksionalisme atau kaum penyerderhana hidupnya akan timpang karena mereka lebih suka menyederhanakan segala hal. Padahal tidak semua bisa diukur secara sekejap mata karena ada beberapa kualitas di dalamnya. Kualitas 1 kesan yang pertama terlihat oleh mata. Kualitas ketiga sudah memikirkan hal yang terlihat. Kualitas kedua adalah pikiran